Total Tayangan Halaman

Senin, 11 Juli 2022

3 Tingkatan Berkat dalam Konteks Perluasan dan Pencapaian Visi Pelayanan Pesat-Menurut Imamat 26

 

Tim STAK 

Pagi tadi saya boleh berkesempatan membagikan sharing firman Tuhan dalam fellowship untuk mengawali kegiatan kita di STAK Pesat. Dan tidak kebetulan saya merenungkan kebenaran firman Tuhan ini yang merupakan bagian dari perikop jadwal Bible Reading saya. Di dalam permenungannya menemukan ternyata ada tiga fase berkat bagi kita yang betul-betul mau percaya kepada Firman Tuhan dan mau melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Di dalam perikop Imamat 26 sangat jelas menggambarkan tiga tingkatan berkat yang akan kita dapatkan dan 3 tingkatan kutuk yang akan kita dapatkan juga jika kita melakukan atau tidak melakukan Firman yang sudah dinyatakannya di dalam kehidupan kita. Meskipun dalam permenungan yang boleh saya bagikan di pagi tadi tidak mencakup pembahasan kepada 3 tingkatan kutuk karena durasi waktu yang terbatas. 

Berkat dan kutuk pasti akan terjadi kepada setiap orang. Artinya ada syarat atau ketentuan yang boleh berlaku bagi tiap-tiap kita. Dan begitu jelasnya terpampang dalam perikop pembahasan dalam nats tersebut. Dan ayat kunci seakan-akan menjadi rema yang boleh keluar begitu mengenanya dalam permenungan tersebut terletak pada ayat 3 nya yakni,

”Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka…”

Jelas dalam ayat tiga tersebut penekanannya kita harus betul-betul hidup menurut ketetapan Firman Tuhan setiap hari. Berpegang pada firmannya dan setelah berpegang kita melakukannya berdasarkan pemahaman yang sudah diimpartasikan oleh Roh Kudus lewat permenungan yang keluar melalui rema-rema yang kita dapatkan setiap harinya. 

Dan syarat tersebut juga menyatakan bahwa kita kita tidak akan sanggup hidup berdasarkan ketetapanNya, jika kita tidak intim bersamaNya setiap hari. Apalagi saat akan berpegang pada perintah-Nya serta punya kemampuan untuk melakukannya. Kuncinya adalah kita membangun keintiman yang begitu rupa dulu  sehingga tiga tingkatan berkat tersebut boleh kita dapatkan dalam hidup, keluarga maupun pelayanan kita.


3 Tingkatan Berkat 

Adapun tiga tingkatan berkat ini boleh menjadi milik kita, ternyata tidak melulu kepada diri kita sebagai sentral penerima berkat tersebut. Disamping berkat yang akan kita terima ternyata ada tanggung jawab di dalam mengelola berkat-berkat tersebut. Artinya berkat tersebut akan mengalir dengan sendirinya jika kita bersiap mengambil tanggungjawab yang dibebankan di dalam mendapatkan berkat tersebut.

Berkat pertama jelas tercatat di dalam ayat 4,5 dan 10, yakni berkat materi yakni berkat yang menyasar kepada fisik kita. Dimana berkat materi yang akan kita dapatkan disertai oleh peran kita di dalam mengelola lahan atau ladang, atau tanah yang dipercayakan kepada kita untuk dikelola. 

Artinya ketika kita telah mengelolah dengan baik ladang tersebut, maka Tuhan akan mencurahkan hujan pada masanya. Sangat jelas ada bagian kita yang harus kita kerjakan dan ada bagiannya Tuhan yang akan kita terima. Hingga kita akhirnya mendapatkan panen atau buah dari hasil ladang kita tersebut.

Disaat kita masih mengirik atau mengupayakan pembersihan ladang tersebut, akan sampai saatnya musim memetik buah. Untuk lebih jelas lagi berkat materi tersebut dituliskan di ayat 10. Kita masih akan makan hasil lama dari panen yang lampau sampai tiba di panen berikutnya. Dan hasil yang lama itu masih kita akan makan sehingga kita menyimpan hasil panen yang baru.

Artinya berkat dari hasil panen tersebut akan semakin berlimpah dari tahun ke tahun bahkan dari satu panen ke panen berikutnya. Sehingga lumbung-lumbung kita memang betul-betul terisi penuh dengan berkat-berkat Tuhan. Kita tidak akan pernah merasa kekurangan karena kita punya kelimpahan yang dari Allah.

 Berkat kedua,  yang akan kita terima di saat kita hidup di dalamNya setiap hari, yakni kita akan menerima Berkat yang menyasar kepada jiwa kita. Yakni di ayat 6 jelas kita akan mendapatkan berkat damai sejahtera yang diberikan Tuhan kepada kita ketika kita berdiam di dalam negeri atau tanah kanaan yang diberikan Tuhan kepada kita.

Kita tidak akan mudah terkejut bahkan gangguan dari apapun itu, seperti gangguan atau ancaman dari binatang buas tidak akan membuat kita khawatir untuk tinggal dan berdiam disana. Karena kembali lagi ada damai sejahtera yang betul-betul Tuhan sediakan dan Tuhan sudah berikan bagi kita.

Kemudian kemanapun kita melangkah ada shalom atau damai sejahtera Tuhan turut hadir disana. Karena hal tersebut terimpartasi langsung lewat kehidupan kita. Artinya lingkungan dimana kita berada menjadi pusat shalom atau pusat damai sejahtera dan orang-orangpun akan merasakan damai tersebut mengalir dalam kehidupannya. 

 Berkat ketiga, adalah berkat pelipatgandaan. Ada dua hal yang akan berlipat ganda di dalam kehidupan kita. Pertama kompetensi kita di ayat 8. Tertulis lima orang dari antaramu akan mengejar seratus orang, dan seratus orang dari antaramu akan mengejar selaksa atau sepuluh ribu musuh kita yang akan kita taklukkan.

Untuk peningkatan kompetensi kita selain butuh upaya kita sendiri, ternyata ada syarat berikutnya yakni kita harus berjejaring satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan atau mengasah kompetensi kita bisa semakin berlipat. Semakin kita berjejaring dengan komunitas yang jauh lebih banyak maka kompetensi atau kemampuan kita pun akan semakin tajam dan sangat berlipat.

Yakni dengan 5 orang mengalahkan 100 orang artinya 1 orang mampu mengalahkan 20 orang musuh. Sementara ketika kita berjejaring bersama dengan 100 orang ternyata mampu mengalahkan musuh hingga sepuluh ribu orang. Artinya 1 orang mampu mengalahkan 100 orang musuh.

Jika seadainya kita tidak berjejaring bukan tidak mungkin kita hanya akan mampu mengalahkan satu musuh saja. Sementara kalau kita berjejaring kompetensi kita akan semakin terasah dan kemampuan kitapun akan semakin meningkat. Oleh karena itu pentingnya kerjasama dan pentingnya jaringan yang harusnya kita bangun dari hari ke sehari dalam kehidupan kita.

Kemudian berkat kelimpahan kedua yang akan kita terima, berkat keturunan. Artinya Tuhan akan membuat kita bermultiplikasi lewat anak cucu yang akan meneruskan perjuangan atau kompetensi atau kemampuan yang selama ini kita miliki. Berkat tersebut tidak berhenti di kita saja tapi diteruskan kepada anak cucu kita atau generasi selanjutnya.


Pencapaian dan Perluasan Visi Pelayanan Pesat

Di dalam konteks komunitas Pesat, ketiga berkat ini sangatlah penting di dalam pengembangan dan perluasan visi dan misi pelayanan Pesat di paruh kedua yakni di tiga puluh tahun kedepan. Yakni kerinduan kita melihat ada 75 ribu pemimpin gereja dan masyarakat yang akan berjuang melawan kemiskinan di bangsa ini dan bangsa-bangsa lainnya. 

Ketiga berkat yang hanya akan kita peroleh jika kita semua komunitas Pesat betul-betul hidup di dalam ketetapan Tuhan, kemudian kita terus berpegang pada perintah-perintahnya dan terakhir kita senantiasa terus-menerus melakukan Firman Tuhan tersebut di dalam praktek kehidupan kita masing-masing.

Secara berkat materi kita akan berkelimpahan karena tanah yang kita kerjakan, Tuhan senantiasa buat berhasil dan beruntung. Bahkan mampu menyimpan hasil panen yang baru karena kita masih menikmati hasil panen yang lama.

Artinya pelayanan kita pastinya tidak akan pernah merasa kekurangan. Segala kebutuhan operasional di seluruh sentra-sentra pelayanan bahkan divisi-divisi yang ada bukan hanya cukup bahkan berlimpah. Karena kita sungguh-sungguh hidup di dalamNya, berpegang pada perintahNya dan melakukan FirmanNya.

Sehingga mungkin menjadi bahan permenungan kita bersama, jika kita masih kekurangan apa yang masih belum berkenan kepada-Nya dalam pelayanan yang sedang kita kerjakan saat ini? Tentu masing-masing kita semua komunitas yang harus menjawabnya. Bukan hanya dijawab oleh para pemimpin kita, kita yang ada di lapangan-pun harus menjawabnya.

Berkat kedua yang mengacu kepada jiwa dalam konteks komunitas pelayanan kita. Yakni ada damai sejahtera di dalam pelayanan yang kita lakukan setiap harinya di seluruh wilayah pelayanan yang kita kerjakan. Artinya keberadaan kita sebagai anggota komunitas mendatangkan Shalom atau damai sejahtera Tuhan hadir di desa-desa dimana kita berada.

Sehingga kalau keberadaan kita di satu tempat justru membuat banyak orang sakit hati kepada kita, membuat pedih mata orang saat melihat tingkah kita, artinya kehidupan kita tidak menjadi berkat, maka secepatnya lah kita harus berpaling dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut.

Berkat ketiga yakni berkat pelipatgandaan. Di dalam berkat ketiga ini boleh dikatakan menjadi kunci untuk keberhasilan di dalam pencapaian pelayanan dan penggenapan visi Pesat di tahun 2047. Dan kuncinya terletak kepada kemauan kita satu dengan yang lainnya berkolaborasi.

Satu divisi dengan divisi yang lainnya memunculkan kolaborasi yang unik dan unity atau kesatuan yang harmonis. Satu sentra dengan sentra yang lain menghasilkan kolaborasi dan kerjasama sehingga menghasilkan percepatan. Satu orang dengan satu lainnya di dalam satu unit bidang pelayanan  saling berkolaborasi di dalam melakukan satu pelayanan tertentu, bahkan tidak lupa mengasah kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing kita.

Coba bayangkan hal tersebut jika kita lakukan terus-menerus oleh tiap-tiap kita baik di sentra maupun di seluruh divisi, apa kira-kira yang akan terjadi? Sebab Firman Tuhan sendiri mengatakan jika kita lima orang saja mengalahkan seratus orang dan seratus orang mengalahkan sepuluh ribu orang.

Bukankah kita kini lebih dari lima orang di tiap-tiap unit pelayanan yang ada di sentra-sentra yang ada? Seharusnya kita bisa memuridkan minimal 100 orang di tiap-tiap unit sentra pelayanan kita masing-masing? Dan jika memang ada dua atau tiga di tiap unit FC yang ada seharusnya kita bisa menghasilkan setengah dari 100 murid?

Bayangkan 5 murid yang kita hasilkan, yakni murid yang betul-betul melakukan ayat 3 di dalam Imamat 26, yakni hidup menurut ketetapan Tuhan, tetap berpegang teguh serta melakukannya, bukankah nantinya mereka akan menghasilkan 100 murid yang lainnya? Dan total 50 murid yang kita hasilkan bukankah akan menghasilkan 10 ribu murid yang lainnya?  

Kemudian secara komunitas bukankah kita juga lebih dari 100 orang jumlahnya?  Bahkan jika merujuk di WA grup komunitas saja perkiraan kita ada 300 orang lebih seharusnya kita bisa menghasilkan 30 ribu murid setiap tahunnya? Bukankah ini sudah akan mencapai setengah jalan dari total 75 ribu murid yang akan kita hasilkan? Karena kembali lagi prinsip pelipatgandaan tersebut yang ada dalam ayat 8 nya.

Sehingga kalau hal tersebut tidak terjadi, maka kembali lagi di ayat 3-nya, benarkah kini kita sudah sungguh-sungguh hidup di dalam ketetapanNya? Benarkah kita sudah berpegang teguh pada perintah-perintahNya? Dan Sudah kita melakukannya Firman-Nya atau perintah-Nya?


Janji Tuhan

Ketika Allah sendiri sudah menyatakan ini dalam firman-Nya, bahkan sejak di zaman Musa, tentu hal ini bisa terjadi di dalam kehidupan kita saat ini. Bahkan dalam kehidupan komunitas pelayanan yang sedang kita kerjakan saat ini.

Tentu sebelum melakukan kolaborasi demi kolaborasi yang ada, masing-masing dari kita sudah melakukan atau menunaikan apa yang menjadi tugas pokok dari pelayanan yang sedang dikerjakan. Artinya ada tanggungjawab untuk menyelesaikan bidang-bidang yang dipercayakan kepada kita masing-masing.

Hal itu dibuktikan dengan kita mengerjakan tanah atau ladang yang dipercayakan kepada kita sehingga kita bisa mendapatkan berkat pertama tadi, yakni berkat materi yang melimpah. Kemudian ada damai sejahtera saat melakukan pelayanan demi pelayanan yang ada. Baru kemudian akan terjadi kolobarasi 5 mengalahkan 100 dan kolaborasi 100 mengalahkan 10.000.

Kemudian ketiga berkat ini juga akan semakin nyata dalam komunitas kita dan kita akan menerimanya karena Tuhan sendiri juga sudah berjanji kepada kita di ayat 11,12 dan 13. Yakni Tuhan akan menempatkan “Kemah Suci-Nya” hadir di tengah-tengah pelayanan kita. Artinya ketika Kemah Suci-Nya hadir di tengah-tengah pelayanan kita, kesucian dan kekudusan hati kita akan tetap terjaga. Kita tidak akan tega untuk melakukan perbuatan dosa sekecil apapun itu, karena kita kerap melihat Kemah Suci-Nya ada di tengah-tengah kita.

Kedua, Tuhan akan hadir di tengah-tengah kita. Tuhan menjadi Allah kita, dan kita akan menjadi umat pilihan-Nya. Artinya jika kita merasakan kehadirannya di tengah-tengah kita, sudah pasti baik berkat fisik, jiwa bahkan berkat pelipatgandaan tersebut akan segera terealisasi dalam kehidupan pelayanan kita.

Terakhir, kutuk dosa yang menimpa kita selama ini benar-benar Tuhan sudah patahkan. Sehinga kuk dosa yang telah merintangi kita selama ini di dalam pelayanan kita, benar-benar terlepas. Dan kitapun merasa ringan dan berjalan tegak untuk bisa hidup di dalam ketetapan-Nya, tetap berpegang pada perintah-Nya dan kita mampu melakukan Firman-Nya setiap hari.

 

Inspirasi Renungan  Bible Reading di pagi hari, Lopait,  11 Juli 2022.

 

Minggu, 13 Juni 2021

Yerobeam, Antara Suara Tuhan dan Suara Pikirannya

Sumber: baitsuci.com


1 Raja-raja 12:26 (TB)  Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya "Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. 


Dalam kisah Yerobeam di Alkitab boleh dibilang sangat unik dari para raja-raja 12-15 pernah memerintah di Israel. Unik karena sebenarnya dia punya peluang untuk berhasil menjadi raja yang begitu kuat bahkan bisa saja menyamai prestasi Daud di dalam pemerintahannya. 

Prestasi dalam arti anak-anaknya akan tetap memerintah di Israel selamanya jika ia ikut dan turut melakukan kehendak Tuhan dalam hidup selama ia menjadi raja. 

Bahkan bisa saja masa-masa ia memerintah bisa selama Raja Daud memimpin Israel yakni 40 tahun, tapi ternyata karena pilihannya yang salah Tuhan menetapkan dirinya memerintah hanya setengah masa Raja Daud, yakni 22 tahun. 

Tapi karena pilihan dan keputusannya yang salah mengakibatkan bukan hanya dirinya yang menjadi korban anak-anaknya juga turut merasakan kepedihan yang mendalam. Pasalnya hanya satu anaknya saja yang mendapat kan kuburan dan ratapan dari orang Israel, yang lainnya mati dimakan burung, anjing di padang. 

Boleh dibilang satu anak yang mati dan dapat kuburan tersebut sebagai akibat sikap Yerobeam yang mau mencari Tuhan dengan mencoba menemui Nabi Ahia. 

Kenapa tidak sejak awal semasa dia mulai memerintah terus mencari Tuhan dan apa serta bagaimana yang harus dilakukannya usai Firman Tuhan datang kepadanya? 

Kenapa baru saat anaknya sakit parah dan ia buru-buru menyuruh istrinya menyamar untuk pergi menjumpai Nabi Ahia perihal anaknya itu? 

Padahal firman Tuhan sangat jelas kepadanya bahwa ia akan menjadi raja dari 10 suku Israel. Tuhan menyuruh Nabi Ahia pergi menjumpai nya di Padang Gurun. Lewat sepuluh potongan kain yang dikoyakkan Ahia sebagai pertanda bahwa ia akan jadi raja orang Israel. 

1 Raja-raja 11:38 (TB)  Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mata-Ku dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku seperti yang telah dilakukan oleh hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadanya. 

Tapi karena ketakutan dan pikirannya berbicara kepada hatinya, jangan-jangan nanti orang Israel akan kembali ke Yerusalem jika setiap tahun mereka datang ke sana untuk membawa persembahan jangan-jangan aku akan ditinggalkan oleh orang Israel dan aku akan dibunuh mereka. 

Alhasil disinilah letak kejatuhan nya dan Tuhan mulai tidak suka kepadanya. Suara hatinya yang berasal dari pikiran nya membangun siasat bagaimana supaya orang Israel tidak perlu datang lagi ke Yerusalem? Cukup lah mereka datang ke Betel atau datang ke Dan untuk menyembah patung buatan nya. 

Dia juga menetapkan hari yang mirip-mirip dengan  perayaan orang Israel pada umumnya, yakni hari kelimabelas cuma bulan kedelapan setiap tahunnya. Bahkan tak sungkan-sungkan dirinya akan menahbiskan imam-imamnya kepada siapapun orang Israel yang mau bersedia. Untuk melakukan tugas nya di mezbah buatannya. 

Tuhan murka atas pilihannya dan telah menetapkan untuk memusnahkan seluruh keturunannya. Seyogyanya keturunan nya bisa terus memerintah orang Israel yang sepuluh suku, kini hanya dia dan putranya Nadab yang memerintah setahun. Nadab dibunuh oleh orang nya sendiri, yakni Baesa orang Isakhar. Dia dan seluruh keturunan Yerobeam habis binasa dimakan pedang dan mayatnya dimakan binatang. 

Apa pelajaran penting yang boleh kita refleksi kan dalam kehidupan kita? 
1. Sebenarnya Yerobeam anak yang baik bahkan seorang yang tangkas serta rajin bekerja. Makanya Salomo mempercayakan pekerjaan para budak di tangannya. Tapi karena tidak percaya sepenuhnya kepada firman Tuhan, mengakibatkan dirinya terjatuh. 

Terlalu menganggap dirinya, kepandaiannya, ketangkasan serta kerajinan cukup, alhasil diapun akhirnya jatuh. 

Padahal Salomo sendiripun orang yang boleh dibilang setiap hari dilihatnya, adalah orang yang paling berhikmat di seluruh muka bumi, jatuh juga. 

2. Suara pikiran kita belum tentu singkron dengan apa maksud Tuhan, oleh karena itu mari cari Tuhan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai mengerjakan satu apapun itu yang penting. 

3. Suara Tuhan atau firman Tuhan jauh lebih penting dan sangat berharga jika kita abaikan begitu saja. Dan jika sudah dapatkan janji untuk mengangkat kita seperti Yerobeam, untuk next step nya mari cari Tuhan juga. Bukan malah mengandalkan kebolehan kita. 

https://alkitab.app/v/c546ed488f17

Sibolangit, 13 Juni 2021.

Selasa, 29 September 2020

Mengekang Mata



Ayub 31:1-2, 9-10 (TB)  "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? 

Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi? 

Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, 

maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia. 

-------------------------------------------

Mata adalah termasuk benda yg paling berharga yg kita miliki. Sangking berharganya mata tentu kita akan selalu menjaganya. Menyingkirkan debu,  mengusapnya secara perlahan jika ada sesuatu yg gatal.  

Tentu siapapun kita tidak pengen kehilangan mata,  sebab akan sangat membuat kita terbatas dalam banyak hal, dimana bukan hanya sulit mendeskripsikan apa itu keindahan, kita pun akan sulit berkontribusi banyak terhadap sekeliling kita, sebab kita akan selalu dipandu. 



Meskipun demikian jika Tuhan mengijinkan kita kehilangan mata, sebab tak sedikit orang buta yg punya andil besar dalam mengubah sebuah kebutaan menjadi sebuah berkat, seperti Fanny Crosby yg sudah harus kehilangan matanya sejak ia bayi, tp dia sangat produktif dalam menghasilkan lagu Hymne maupun lagu2 penginjilan yg karyanya bahkan mencapai 8000 hymne. 

Tapi kali ini tidak membahas tentang kebutaan, tapi bagaimana kita bisa mengekang mata kita yg ternyata tidak sedikit orang di dunia ini yg terjatuh karena matanya sendiri. Contohnya Raja Daud yg membiarkan matanya melirik saat Barsyeba, istri dari prajuritnya, mandi. Dan akhirnya jatuh dalam perangkap perzinahan. 

Dalam kisah Ayub yg jg menjadi sebuah pernyataannya sendiri memberi pembelaannya kepada 3 sahabatnya yg datang di saat dia sendiri sedang kehilangan segalanya, mulai dari harta,  keluarga bahkan kesehatannya sendiri, khususnya di pasal 31:1-12 disitu jelas menggambarkan bagaimana Ayub mengekang matanya dari nafsu jahat baik saat melihat seorang dara atau gadis (ayat 1-2),  bahkan dari seorang perempuan yg sudah bersuami (ayat 9-10).

Seorang Ayub yg sudah demikian salehnya,  masih harus berkata hal yg demikian ke kita semua. Dan seandainya jika memang matanya ternyata benar melakukan perbuatan zinah bahkan jika hanya melirik saja seorang wanita, ia berani menyatakan biarlah apa yg ia tabur atau yang ia usahakan dimakan orang lain.  Dan biar segala potensi yg ada dalam dirinya atau tanahnya hancur atau lenyap. 

Bukan hanya itu saja, dia merelakan istrinya diambil orang, dan ia bersedia mati atas kesalahan itu. 

Dan akhirnya menaruh sebuah komitmen besar, menetapkan syarat yakni utk mengekang matanya utk tidak melihat hal-hal yg menajiskan dirinya,  hidupnya bahkan keluarganya. 

Ayub 31:11-12 (FAYH) jelas menyatakan.. Karena mengikuti hawa nafsu adalah dosa yang sangat memalukan, kejahatan yang patut dihukum.

Nafsu perzinahan adalah api yang merajalela sampai ke dalam neraka dan membakar habis segala yang kutanam sampai ke akar-akarnya.

Oleh karena itu marilah kita bisa dan menaruh komitmen seperti apa yg sudah dikomitmen oleh Ayub, yakni mengekang mata kita spy kita tidak menjadi orang2 cabul seperti yg kita lihat akhir-akhir ini semakin banyak terjadi di sekitar kita. 


Kamis, 28 Mei 2020

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

sumber gambar (phoenixnewtimes.com)


(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36)

Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastikan dalam kehidupan kita selalu dipenuhi dengan sebuah atau bahkan lebih dari satu ancaman terjadi dalam hidupnya. Dan dari ancaman tersebut kita terkadang dibuat seakan untuk menyerah saja dalam hidup ini. Dengarkan perkataan-perkataan yang keluar dari mulut si pembuat ancaman tersebut.

Hal ini pun sering kali kita lihat ada di media-media sosial kita. Ketika seseorang yang tidak disukai alias karena kerap memberikan celotehan, kritik yang tajam kepada orang-orang tertentu. Lantas karena perilaku kritikannya itu yang terkadang menyudutkannya, alhasil dengan terang-terangan iapun mengeluarkan ancaman secara spontan yang ingin menghabisi orang yang kerap menyindir mereka. Diposting dalam media sosialnya bahwa ia ingin terang-terang menyikat si  orang itu.

Orang yang menyindir tersebutpun justru tidak merasa kecut dan takut apalagi gentar dengan perkataan ancaman tersebut. Bahkan dengan berani ia menertakan kembali ancaman-ancaman tersebut sekaligus ingin menunjukkan bahwa dia tidak takut dengan ancaman yang ada itu.
Tapi bagaimana dengan konsep ancaman yang datang dalam sebuah bangsa atau negara? Tentu akan sangat beda dengan ancaman yang datang ke masing-masing individu seperti yang kerap kita lihat saat ini di media sosial tadi.

Ancaman yang datang ke sebuah bangsa jauh lebih besar dampaknya atau bahayanya jika dibandingkan dengan ancaman yang datang ke tiap-tiap orang. Sebab bicara bangsa bicara tentang kehidupan atau nyawa dari pengisi atau orang-orang yang ada di bangsa itu. Semua nyawa di bangsa itu dipertaruhkan dengan ancaman yang keluar dari perkataan-perkataan yang datang tersebut.

Seperti yang pernah terjadi di bangsa Israel khususnya Bangsa Yehuda , semasa di pemerintahan Raja Hizkia. Dimana nabi Yesaya  hadir di tengah bangsa-bangsa itu. Jika kita lirik di Yesaya 1 ayat 1 tertulis bahwa Yesaya anaknya Amos hidup dalam masa 4 raja Yehuda, yakni Uzia, Yotam, Ahas dan terakhir Hizkia. Jadi kisah ancaman ini terjadi di masa raja terakhir dimana Yesaya hidup.

Uniknya lagi kisah ancaman ini, khusus dalam kitab Yesaya yang ditulis oleh Yesaya sendiri, hanya bagian ini yang merupakan kisah atau pengalaman yang dituliskan dalam kitabnya. Dari 66 Pasal yang ada, 4 pasalnya yakni di pasal 36-39, khusus mengisahkan tentang hidup raja Hizkia dan pengalamannya. Sementara 62 pasal yang lainnya, berisi tentang perkataan Tuhan langsung, baik berupa nubuatan, maupun janji-janji Tuhan bagi bangsa Israel maupun bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Kembali ke kisah Hizkia. Di empat pasal yang ada sangat menarik dan sangat mendalam makna yang akan boleh kita dapatkan. Ini adalah bagian pertama yang boleh saya tuliskan dan akan ada 3 bagian lagi. Lewat pembacaan firman Tuhan di pagi hari Rabu (27/5) menemukan rhema atau perkataan yang sangat pas terjadi dalam kehidupan kita juga.

Yakni sebuah ancaman-ancaman yang kerap keluar dan kerap kita dengarkan dalam kehidupan kita. Bagaimana Hizkia dengan diwakili oleh 3 pembesarnya, Elyakim bin Hilkia (kepala Istana), Sebna (panitera negara) dan Yoah bin Asaf (bendahara negara). Dan jika kita kontekskan dalam sistem pemerintahan kita, ketiga orang ini adalah, Kepala Kantor Staf Kepresidenan yang dipimpin oleh Bapak Moeldoko, Menteri Sekretaris negara (Bapak Pratikno) dan Menteri Keuangan (Ibu Sri Mulyani).

Jadi ketiga orang ini mendengarkan secara langsung perkataan Raja Asyur (Sanherib) yang diwakili langsung oleh Juru Minuman agungnya yang namanya tidak tertulis. Apa bunyi ancaman yang ia keluarkan? Setidaknya ada 4 hal atau bagian yang boleh kita pelajari dari ancaman-ancaman tersebut.
Pertama, ancaman yang mematahkan harapan kita (ayat 4-6). Mematahkan bukan hanya tidak akan ada yang menolong kita dari sisi bangsa yang bisa menolong, bahkan menyatakan percuma untuk berharap kepada Tuhan atau kepada allah-allah asing. Sebab semua allah-allah asing itu mereka (bangsa Asyur) telah habis dibinasakan. “Dimanakah para allah negeri Hamat dan Arpad? Dimanakah para allah negeri  Sefarwaim? Apakah mereka telah melepaskan Samaria dari tanganku? (Ayat 19).

Kedua, ancaman yang memanipulasi kita yakni menyatakan sesuatu yang bisa membuat kita goyah. Ayat 10, adakah di luar kehendak Tuhan aku maju melawan negeri ini untuk memusnahkannya? Tuhan telah berfiman kepadaku: Majulah menyerang negeri itu dan musnahkanlah itu!” Kemudian di ayat 7, menyatakan sedangkan Hizkia sendiri telah menjauhkan bukit-bukit pengorbananNya serta mezbah-mezbahNya, karena Allah seperti itu tidak sanggup menolong.
Tapi benarkah kedatangannya atas perintah Tuhan? Benarkah Asyur datang untuk membinasakan bangsa Yehuda, seperti bangsa-bangsa lain yang sudah mereka hancurkan?

Ketiga, ancaman yang memojokkan dan melemahkan kita. (Ayat  11-12). Dimana saat ketiga perwakilan bangsa Yehuda itu meminta supaya juru minum agung itu bicara dengan bahasa Aram, dia langsung mengatakan perkataan sarkas yang menohok hati seluruh bangsa itu. Bukankah bangsa Yehuda telah memakan tahinya dan meminum kencingnya sendiri.

Keempat, ancaman dengan solusi palsu (ayat 16). Jangan dengarkan Hizkia, sebab beginilah kata raja Asyur : Adakanlah perjanjian penyerahan dengan aku dan datanglah ke luar kepada ku, maka setiap orang dari padamu akan makan dari pohon anggurnya dan pohon aranya serta minum dari sumurnya, Ayat 17 sampai aku datang dan membawa kamu ke suatu negeri seperti negerimu, suatu negeri yang bergandum dan berair anggur, suatu negeri yang berorti dan berkebeun anggur.

Empat aspek ancaman tersebut, akan serta merta langsung meruntuhkan hati kita. Jika kita tidak kuat, tentu seluruh bangsa Israel akan langsung rebah dan jatuh. Tapi uniknya sikap Raja Hizkia terhadap ancaman-ancaman yang datang itu, cukup dengan berdiam (ayat 21). “Jangan kamu menjawab dia!”.  Kemudian pergilah kepala istana, panitera negara dan bendahara negara itu pulang dengan mengoyakkan pakaian mereka datang kehadapan raja.

Jadi untuk solusi sementara terhadap empat ancaman yang datang itu, sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya, adalah cukup dengan beridam, tidak usah menjawab atau meladeni perkataan tersebut.
Bagaimana dengan konteks kekinian dengan situasi covid 19 yang sedang terjadi saat ini? Apakah covid 19 ini benar-benar menjadi ancaman bagi kita? Jika kita sendiri mengkategorikannya menjadi sebuah ancaman, tentu 4 aspek tersebut serta merta berlaku bagi kita. Covid akan mematahkan harapan kita, covid akan memanipulasi kita, covid akan memojokkan dan melemahkan kita, dan juga covid akan membuat kita bertindak gegabah.

Tapi sikap yang benar adalah memandang covid bukan sebagai ancaman, tapi sebagai sebuah peluang atau kesempatan bagi kita  untuk bisa berbenah, untuk bisa hidup dengan konsep yang barusan dikeluarkan oleh pemerintah, yakni “the new normal”. Hidup berdamai dengan pandemi ini, tapi kita tidak mengabaikan pola-pola hidup yang bisa mencegahnya. Kemudian beraktivitas, seperti bekerja, bersekolah dan beribadah dengan pola hidup ‘New Normal’. Sampai vaksinnya bisa ketemu dan akhirnya kita bisa kembali seperti hidup yang semula, persis sebelum covid ada.

Penulis adalah pemerhati masalah sosial kemasyarakatan dan pelayan di PESAT

Kamis, 05 Oktober 2017

Stay to Keep Exist in Writing


Banyak sekali tantangan untuk tidak kembali menulis.  Sebuah kebiasaan yang sudah selalu diterapkan bisa-bisanya mendapatkan banyak kendala. Dan semua permasalahan itu berangkatnya dari diri kita sendiri.

Sakit yang ternyata tak kunjung berhenti, selalu menggangu semua proses kebaikan yang hendak dijalani,  masalah alat tulis seperti laptop yang harus mendapatkan pengurapan air oleh kreatifitas anak yang semakin menjadi, menolong dan menemani masa-masa pertumbuhan mereka supaya mereka bisa berkembang dan bertumbuh dengan maksimal,  dan bahkan ketika hubungan antara suami dan istri harus berakhir dengan perang dingin.

Semua kendala boleh terjadi,  tapi segala komitmen tidak boleh berhenti sampai disitu. Mencoba mencari sebuah solusi supaya proses kreatif ini bisa tersalurkan dengan baik. Dan kebuntuan untuk bisa kembali menulis adalah dengan memaksimalkan apa yang ada di tangan kita. Meskipun laptop sudah tidak bisa berkontribusi dengan baik,  ternyata aku masih punya Handphone atau gadget yang ternyata bisa dipakai untuk menulis.

Meskipun tidak terbiasa menulis dengan menggunakan gadget,  tapi belajar tuk mencoba menuliskan semua yang ada di kepala ini,  menjadi tantangan tersendiri.  Yang biasanya kemampuan tanganku bisa mengetikkan kata yang ada di hatiku seirama dengan kecepatan ketikanku,  sekarang harus menunggu kecepatan mengetik ini dengan apa yang ada di pikiranku.

Menerapkan dan membiasakan suatu hal yang baru, bukanlah suatu kemustahilan,  sampai kita benar-benar bisa mempraktekkannya.  Ditambah lagi dengan menulis di gadget, ternyata kita bisa sambil menemani anakku tuk tiduran di tempat tidurnya.  Sebab kebiasaannya yang harus ditemani dulu kalau mau tiduran.  Kalau tidak jangan harap bisa tidur dengan pulasnya.

Disamping itu, meskipun media gadget ini baru kugunakan untuk menulis, segala keribetan menggunakan laptop ternyata bisa berkurang.  Dari ukuran monitor yang lumayan besar, beratnya yang ternyata lumayan, sampai keribetan kabel-kabel charger, semuanya bisa diatasi hanya dengan menggunakan kesimpelan gadget ini.

Tapi belum mencoba masuk ke websiteku dan beberapa media lainnya. Akankah kompatibel dengan media gadget yang sedang kugunakan. Artinya ketika tulisanku ini bisa sampai ditangan para pembaca,itu artinya segala kendala ini tidak begitu berarti lagi.

Sama seperti yang pernah diungkapkan oleh host Mata Nadjwa, ada saatnya kita berhenti dari suatu kerutinan yang sering kita jalani.  Dan proses perhentian itu, diharapkan sebagai persiapan untuk bisa melompat lebih tinggi lagi.  Begitu juga dengan diriku,  meskipun tidak seterkenal dan secerah Denny Siregar dan Birgaldo Sinaga,  dan meskipun tidak seproduktif Tere Liye dalam menghasilkan novel-novelnya, maupun seapik Andrea Hirata dalam menuliskan karya-karyanya,  yang penting adalah aksi untuk bisa memberikan suatu yang lebih yang ada padaku untuk bisa disajikan dan disaksikan oleh seluruh rekan-rekan pembaca.

Terasa memang, ketika tidak menulis lagi,  traffic pembacaku di web pribadi menjadi sangat begitu menurun. Dan di moment kali kedua ini,  ingin mempersembahkan karya-karyaku lagi.  Mungkin akan ada kalanya juga akan berhenti di next stop berikutnya. Siapa tahu.  Tapi yang penting adalah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan maksimal.  Ketika tiba pada fase itu, harus mencari lagi ide dan solusi kreatif supaya jangan sampai stagnan benaran. 

Sabtu, 10 Juni 2017

Strategi Memenangkan Hati – Mengatasi Kebuntuan Kepemimpinan Kristen di Pemerintahan (Sebagai Solusi Menyelesaikan Persoalan Bangsa)



                                                sumber gambar : www.imgrum.org


Banyak persoalan bangsa kita yang harus segera dituntaskan oleh bangsa kita sendiri. Salah satunya adalah adanya upaya untuk memecahbelah bangsa kita oleh oknum-oknum yang memiliki paham diluar Pancasila. Perubahan karakter bangsa kita juga semakin merosot jauh dari yang namanya kebaikan. Yang semuanya itu dimulai dari pendidikan sejak dini yang telah salah dilakukan oleh orang tua kita. anak-anak kita sering diajarkan dengan ujaran-ujaran kebencian dan menciptakan permusuhan. Dan kita sebagai orang tua melakukan pembiaran akan hal-hal tersebut

Begitu juga dengan minimnya orang-orang yang takut akan Tuhan yang ada di bangku Pemerintahan. Padahal ketika banyak orang-orang yang benar duduk di pemerintahan, maka pastilah bangsa kita akan semakin maju dan sejahtera. Sebab dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya (Yes 32:17). Dan melalui kebenaran tersebut juga dapat meninggikan derajat bangsa (Amsal  12:28)

Keminiman orang-orang kristen terlibat dalam pemerintahan juga mungkin disebabkan oleh tidak mau bayar harga. Sebab yang pasti kita akan ditantang untuk ikut terlibat curang atau ikut arus dengan kebiasaan-kebiasaan orang banyak. Bahkan mungkin dibeberapa daerah, terkadang kita harus diperhadapkan dengan memilih untuk meninggalkan Kristus atau tetap memilih Kristus. Sebab ketika ketika kita memilih untuk meninggalkan Kristus yang pastinya jabatan ataupun posisi kita akan cepat naik dari yang biasanya. Perlu doa yang sungguh-sungguh supaya hal-hal ini tidak terjadi lagi dimasa mendatang. Orang yang punya kapabilitas dan berintegritas seharusnya itulah orang yang seharusnya cepat dapat promosi bukan karena yang lain-lain.

Bangsa kita di tahun 2018 dan ditahun 2019, akan menghadapi yang namanya pemilihan umum baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat. Maka perlunya sebuah strategi dalam memenangkan kontestasi pemilihan ini. Ternyata di dalam Alkitab, terdapat strategi pemenangan tersebut. Dan mungkin ini sudah diterapkan juga oleh beberapa kandidat calon pemimpin di bangsa kita dan hasilnya positif, seperti ‘blusukan’. Jadi kata atau istilah “blusukan” sudah ada sejak zaman dahulu dan alkitabiah. Dan inilah mungkin yang menjadi kunci keberhasilan mereka dalam memenangkan hati masyarakat.

Kisah blusukan bisa kita temui dalam ceritanya Absalom, anak Daud yang berusaha untuk merebut kerajaan Israel dari ayahnya sendiri. Meskipun bukan cerita yang positif, tapi ada nilai-nilai positif yang bisa kita ambil. Itu bisa kita baca lebih lengkap dalam 2 Samuel 15: 1-12.
Hal-hal apa atau strategi apa yang dilakukan oleh Absalom dalam merebut kekuasaan di Israel. 

Mari kita selidiki.

Pertama, miliki dan ekspos citra diri kita yang positif. Absalom menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan lima puluh orang yang berlari didepannya. Absalom menyadari bahwa pentingnya penampilan luar, sebab dengan penampilan tersebut paling tidak bisa merebut hati  bangsa Israel. Ada kereta, ada kuda dan ada prajurit yang berlari didepannya. Dengan hal tersebut, kemana-mana dia pergi pastilah menjadi pusat perhatian. Bagi kita yang sudah siap-siap untuk mencalonkan diri dalam pemilu atau pilkada tersebut, mari untuk segera mengekspos citra diri, maupun hal-hal yang baik yang sudah pernah kita lakukan. Supaya masyarakat pemilih kita tahu siapa kita sebenarnya.

Kedua, Rajin Blusukan dan tanyakan sumber masalahnya. Maka setiap pagi berdirilah Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja,... orang itu dipanggil Absalom dan ditanyai. Jadi kita harus rajin-rajin turun ke tengah masyarakat serta tanyakan atau gali akar permasalahan mereka sebenarnya apa. Seandainya ada debat para calon kandidat pemimpin, kita punya data yang pasti dan riil. Tidak mengada-ada.

Ketiga, miliki empati yang sungguh-sungguh. Apabila seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya, maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya. Jadi ketika kita sudah memiliki citra diri yang baik serta sering blusukan, kita juga harus bisa merasakan penderitaan mereka yang sebenarnya. Bukan hanya simpati tapi berempati terhadap masalah mereka tersebut. Seperti Absalom yang langsung merangkul setiap orang yang datang kepadanya. Adanya hubungan yang intens diantara mereka.

Keempat, konsisten, jangan gampang menyerah dan lakukan terus menerus. Sesudah lewat empat tahun.... Perlunya sikap kita yang konsisten dalam melakukan setiap perbuatan-perbuatan baik, seperti blusukan setiap ada kesempatan dan memiliki empati yang sungguh-sungguh. Bagi Absalom butuh empat tahun dalam memenangkan hati bangsa Israel. Kalau kita hitung-hitungan, seandainya satu hari Absalom minimal bertemu dengan lima orang, maka dalam waktu satu bulan dia sudah bertemu dengan 150-an orang. Dan dalam waktu setahun dia sudah bertemu dengan 1800-an orang. Jadi dalam waktu empat tahun minimal Absalom sudah bertemu dengan 7.200-an orang. Kita harus memilki target-target berapa orang konstituen yang harus segera ditemui dan sampai berapa lama waktunya. Tapi yang pasti waktunya sebelum di hari-H.

Kelima, milikilah penasehat yang baik. Dimana dengan nasehat-nasehat tersebut yang pasti kita bisa memiliki banyak pertimbangan-pertimbangan yang baik dan solusi-solusi yang baik dalam menyelesaikan suatu masalah. Disuruhnyalah datang Ahitofel, orang Gilo itu, penasehat Daud.

Keenam, selebrasi yang tidak berlebihan. Segera sesudah kamu mendengar bunyi sangkakala berserulah : Absalom sudah menjadi raja di Hebron. Terkadang kita memerlukan selebrasi atau perayaan sebagai rasa ucapan syukur kita. Sebab kita sudah menang  dalam kontestasi pemilihan tersebut. Tapi sarannya janganlah berlebihan.

Demikianlah beberapa langkah-langkah strategi untuk bisa memenangkan hati para konstituen kita. Beberapa pelajaran strategi diatas memang, bukanlah hal yang baru lagi di masa sekarang ini. Tapi ternyata sangatlah efektif untuk bisa memenangkan persaingan yang semakin ketat ini. Harapannya para pemimpin muda Kristen untuk bisa terlibat dalam masa-masa pemerintahan mendatang. Semakin awal bergerak untuk blusukannya, maka kemungkinan besar, hati para konstituen kita, bisa diambil  dan akhirnya mereka memilih kita.

Harapannya lagi, ketika sudah banyak orang-orang benar dan takut akan Tuhan yang duduk dalam pemerintahan, pastikan bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar dan sejahtera. Sebab dimana ada kebenaran dan keadilan pastinya disitu akan ada damai dan sejahtera.

Sibolangit, 11 Juni 2017

PERSEKUSI ANCAMAN KEBEBASAN BEREKSPRESI



                                                             sumber gambar : waktuku.com 


Ada dua istilah yang baru-baru ini aku ketahui sejak satu tahun terakhir ini. Pertama kata Begal yang kedua kata “Persekusi”.  Kedua kata ini sering muncul setelah melihat adanya  fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Aku sendiri pun langsung mencoba mencari arti kata kedua ini dalam kamus bahasa Indonesia online. Ternyata kutemukan bahwa begal itu adalah Penyamun (orangnya).  Membegal berarti merampas di jalan atau menyamun. Sedangkan Perkusi  adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau ditumpas.

Kedua kata tersebut masuk kedalam kategori tindakan kejahatan. Setelah fase “pembegalan” sepertinya telah usai, masuklah kepada fase sekarang yang namanya “persekusi”.  Kalau kita melihat sekilas proses pembegalan itu sepertinya murni karena faktor ekonomi yang semakin sulit dan mulai susahnya hidup di jaman sekarang ini.

 Sedang kalau Persekusi bukan karena faktor ekonomi tapi cenderung karena faktor “kebutaan”. Baik kebutaan akan mata hati dan pikirannya. Buta karena tidak bisa lagi melihat dan memilah mana yang benar mana yang salah. Seakan-akan bisa mengkultuskan atau mendewakan salah satu figur yang sangat dihormati. Ketika figur itu melakukan satu kesalahan kecil dan berakibat kepada masuknya ke proses hukum yang lebih lanjut, dinyatakan itu bukan kesalahan. Dan bahkan kita dibawa kepada satu istilah “kriminalisasi”.

Padahal sudah masuk ke ranah hukum dan prosesnya sedang berlangsung. Yah dimana seorang manusia tidak pernah melakukan suatu kesalahan. Pasti semua orang pernah melakukan kesalahan. Tidak terkecuali ‘Pemimpin’ kita. Tapi kalau perbuatannya sudah melanggar bukan hanya norma susila tapi sudah masuk ke norma hukum, yah semua perbuatannya harus berani dipertanggung jawabkan.

Jangan hanya berani untuk menuntut tegaknya hukum kepada orang lain yang memang benar melakukan suatu kesalahan, tapi dirinya sendiri tidak berani dituntut. Bahkan sekalipun kita memiliki massa yang cukup banyak dan sudah tersebar dibeberapa daerah, seharusnya kita berani menunjukkan kualitas diri kita, yang berani berbuat yah berani bertanggung jawab. Seakan-akan, kita mencoba massa kita itu menjadi tameng perlindungan kita untuk bisa terhindar dari segala bentuk penegakan hukum.

Dan ketika ada orang lain yang menilai, menjelekkan “figur” tersebut, seluruh anggota massa tersebut  tidak bisa menerima. Bahkan langsung bertindak mengambil jalur kewenangannya aparat keamanan. Memata-matai, membuntuti, dan bahkan langsung mengeksekusi orang tersebut untuk segera menarik pernyataannya dan segera meminta maaf atas pernyataannya tersebut. Tidak jarang dilakukan dengan kekerasan. Bahkan sang pelaku tidak bisa lagi membedakan mana yang masih dibawah umur dan mana yang sudah dewasa.

Sehingga muncullah istilah Persekusi ini dibumi Indonesia yang kita cintai ini. Sungguh sedih memang melihat kondisi bangsa kita sekarang. Negara-negara lain sedang sibuk untuk mengkapling-kapling luar angkasa, kita masih sibuk untuk urusan yang seharusnya di ranah privasi kita saja, seperti SARA. Terjadi kemunduran aklak maupun  jiwa bangsa kita. Seakan-akan negeri kita menjadi negeri Barbar, dimana yang kuat dan ramai yang pasti menang.

Padahal negara kita ini adalah negara hukum. Semua  orang sama dimata hukum. Bahkan pejabat sekalipun ketika melakukan tindakan pelanggaran hukum yah harus dihukum. Apalagi masyarakat biasa maupun kalangan pemuka agama. Ketika melakukan suatu kesalahan yang melanggar norma hukum yah harus bersedia untuk menerima proses hukum.

Buntunya Kebebasan Berekspresi

Melihat kondisi kasus Persekusi diakhir-akhir ini yang muncul dipermukaan dan sedang diproses oleh pihak yang berwajib ada sekitar 59 kasus. Bukan hanya di Jakarta, kasus-kasus yang serupa sudah terjadi hampir dibeberapa kota-kota besar di Indonesia. Takutnya ‘virus’ persekusi’ ini sudah mengena hampir keseluruh wilayah Indonesia. Sebab pada faktanya bahwa massa dari ‘sang figur’ ini sudah tersebar hampir keseluruh wilayah Indonesia. Ketika ada orang yang menyinggung sedikit saja pun tentang ‘sang figur’ ini, tolong berhati-hatilah.

Dengan kata lain..’kehati-hatian’ ini sekarang seperti sedang membelenggu kita akan mengekspresikan sikap dan pendapat kita tentang suatu masalah atau tokoh tertentu. Seharusnya negara menjamin kebebasan untuk mengemukakan pendapat, asal saja jangan melakukan seperti pencemaran nama baik atau fitnah yang tidak berdasar. Tapi kalau berdasarkan kondisi yang ada dan fakta yang tampak oleh mata kita, masak kita harus dibelenggu untuk tidak menyuarakan kebenaran.

Kita tinggal diwilayah yang sama daerah yang sama. Meskipun kita berbeda baik dalam hal ‘prinsip’ dan lain-lain, seharusnya kita bisa mengelola setiap perbedaan-perbedaan yang ada untuk kebaikan kita bersama. Bukan malah sebaliknya, kita harus berpisah dan bahkan saling bermusuhan hingga saling menyakiti satu sama lain. Perbedaan itu indah, ketika kita bisa saling mengerti satu sama lain. Tidak ada unsur untuk pemaksaan penyamaan satu pendapat. Ketika terjadi pemaksaan disitulah terjadi suatu konflik.

Terakhir, mungkin kita perlu sekali lagi memahami akan satu istilah yang mungkin sudah kita ketahui bersama. “Berani karena benar, takut karena salah”. Bukan ‘berani karena banyak’ tapi karena kita memang betul-betul melakukan suatu kebenaran.

Catatanku...Sibolangit, 4Juni 2017